Lintang Kemukus Dini Hari (Novel)

Buku Kedua dari Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk
Ahmad Tohari

Profil Ahmad Tohari 
KEMARAU di kawasan Banyumas, Jawa Tengah, pada masa kini mungkin tidak lagi sedahsyat akibatnya dibanding masa lalu, ketika hutan-hutan jati di daerah Jatilawang mengering, tanah pecah-pecah, penduduk merana kelaparan. Dulu, seperti ditunjukkan Ahmad Tohari (57), penulis yang pernah menghasilkan novelRonggeng Dukuh Paruk , hutan menyala menjadi korban kebakaran akibat pertikaian politik yang menyusup sampai ke desa-desa pada masa sebelum 1965.

Ahmad Tohari dilahirkan di desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas tanggal 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya sampai SMAN II Purwokerto. Namun demikian beberapa fakultas seperti ekonomi, sospol, dan kedokteran pernah dijelajahinya. Semuanya tak ada yang ditekuninya. Ahmad Tohari tidak pernah melepaskan diri dari pengalaman hidup kedesaannya yang mewarnai seluruh karya sastranya.

Lewat trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (dua yang lainnya Lintang Kemukus Dinihari dan Jentera Bianglala), ia telah mengangkat kehidupan berikut cara pandang orang-orang dari lingkungan  dekatnya ke pelataran sastraIndonesia . Sesuai tahun-tahun penerbitannya, karya Ahmad Tohari adalahKubah (novel, 1980), Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982) Lintang Kemukus Dinihari (novel, 1984), Jentera Bianglala (novel, 1985),Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1989), Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1990), Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1993),Bekisar Merah (novel, 1993),Mas
Mantri Gugat (kumpulan kolom, 1994). 
Karya-karya Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Cina, Belanda dan Jerman. Edisi
bahasa Inggrisnya sedang disiapkan penerbitannya.

yang berminat silahkan download [gratis] Lintang Kemungkus Dini Hari.pdf.

0 komentar:

Post a Comment

terimakasih atas komentar dan kunjungan anda.