Sejarah Penaklukan Ikhwan Di Eropa (1)
Sejak didirikan pada tahun 1928, Ikhwan jelas telah mempengaruhi
kehidupan politik di Timur Tengah. Moto "Allah adalah tujuan kami, Rasul
adalah pemimpin kami, Al Qur'an adalah hukum kami, Jihad adalah cara
kami, Syahid di jalan Allah adalah harapan tertinggi kami" begitu sangat
populer di kalangan generasi muda Islam.
Sementara selama dua dekade terakhir ide-ide Ikhwan membentuk
keyakinan generasi Islam, Ikhwan juga menuai hasil dari represi keras
rezim local; mereka rontok sebagian kekuatannya dan mulai kehilangan
daya tarik di Timur Tengah. Yang lebih menyedihkan, Ikhwan—secara
umum—dianggap remeh oleh generasi muda Islam yang biasanya lebih memilih
organisasi yang lebih tegas.
Tetapi Timur Tengah hanya satu bagian dari dunia Muslim, dan Eropa
saat ini telah menjadi inkubator bagi pemikiran dan pembangunan politik
Islam. Sejak awal 1960-an, anggota dan simpatisan Ikhwan telah pindah ke
Eropa dan perlahan tapi pasti, mendirikan sebuah jaringan mesjid, amal,
dan organisasi Islam yang luas dan terorganisir dengan baik. Berbeda
dengan komunitas Islam yang lebih besar lainnya, tujuan utama Ikhwan
mungkin tidak hanya "untuk membantu Muslim menjadi warga negara
terbaik," melainkan untuk memperluas hukum Islam di seluruh Eropa dan
Amerika Serikat.
Empat puluh tahun sudah Ikhwan menghabiskan waktu di Eropa. Para
mahasiswa yang bermigrasi empat puluh tahun yang lalu dari Timur Tengah
dan keturunan mereka sekarang memimpin organisasi yang mewakili
komunitas Muslim lokal dalam keterlibatan mereka dengan elit politik
Eropa. Mereka memimpin jaringan terpusat yang mencakup hampir setiap
negara Eropa.
Organisasi-organisasi ini mewakili diri mereka sebagai arus utama,
bahkan saat mereka terus merangkul pandangan Ikhwan.. Dengan retorika
moderat dan berbicara,fasih dalam Bahasa Jerman, Belanda, dan Prancis,
mereka mendapatkan pengakuan pemerintah dan media Eropa sama. Politisi
di seluruh spektrum politik buru-buru melibatkan mereka setiap kali
sebuah isu yang melibatkan warga Muslim lahir atau, ketika mereka
mencari suara dari komunitas Muslim. Percayalah, suara umat Islam saat
ini di Eropa cukup signifikan untuk menambah pundi-pundi kursi di
parlemen.
Tapi, Eropa juga ternyata melihat Ikhwan sebagai muka dua. Bagaimana
tidak, media Eropa mencatat sementara perwakilan Ikhwan berbicara
tentang dialog antar agama dan integrasi di televisi, di masjid para
aktivis Ikhwan tak pernah berhenti memperingatkan akan budaya masyarakat
Barat. Sementara Ikhwan secara terbuka mengutuk pembunuhan komuter di
Madrid dan anak-anak sekolah di Rusia, mereka terus mengumpulkan uang
untuk Hamas.
Kasus ini terutama terlihat di Jerman, yang merupakan tempat kunci
penting di Eropa, bukan hanya karena lokasinya di jantung Eropa, tetapi
juga karena Jerman bertindak sebagai tuan rumah untuk gelombang besar
pertama imigran Ikhwan. Jerman juga menjadi rumah yang nyaman untuk
Ikhwan. Reaksi pemerintah Jerman akan berubah sangat instruktif hanya
jika retorika Ikhwan menunjukkan gelaja bahaya, tanpa melihat ruang
lingkup kegiatan Ikhwan dalam skala yang lebih luas.
Situasi di Jerman sangat strategis. Lebih dari tempat lain di Eropa,
Ikhwan di Jerman telah menjadi kekuatan yang signifikan dan mendapat
penerimaan politik. organisasi Islam di negara-negara Eropa lainnya
sekarang sadar dan tengah mengikuti model yang dipelopori oleh
rekan-rekan mereka di Jerman.
Selama periode 1950-an dan 1960-an, ribuan mahasiswa Muslim
meninggalkan Timur Tengah untuk belajar di universitas-universitas
Jerman, ditarik tidak hanya oleh reputasi teknis lembaga Jerman belaka,
tetapi juga oleh keinginan untuk melarikan diri rezim-rezim represif.
Penguasa rezim Mesir, Gamal Abdel Nasser terutama gencar dalam upaya
membasmi oposisi Islam. Awal tahun 1954, beberapa anggota Ikhwan Mesir
melarikan diri, menghindari penangkapan atau pembunuhan. Jerman Barat
memberikan perlindungan. Motivasi Bonn itu tidak hanya altruistik, tapi
juga memotong hubungan diplomatik dengan negara-negara yang diakui
Jerman Timur. Ketika Mesir dan Suriah menjalin hubungan diplomatik
dengan pemerintah komunis, Bonn memutuskan untuk menyambut pengungsi
politik Suriah dan Mesir. Banyak anggota Ikhwan sudah sangat terbiasa
dengan Jerman.
Salah satu pelopor pertama Ikhwan di Jerman adalah Sa'id Ramadan,
sekretaris pribadi Hassan al-Banna, pendiri Ikhwan. Ramadan, orang Mesir
yang memimpin Ikhwan di Palestina pada tahun 1948, pindah ke Jenewa
pada tahun 1958 dan mnejadi mahasiswa sekolah hukum di Cologne Di
Jerman. Ia mendirikan salah satu dari tiga organisasi Muslim utama di
Jerman, Islamische Gemeinschaft Deutschland (Masyarakat Islam Jerman,)
di mana dia memimpin dari tahun1958 sampai 1968. Beliau juga membentuk
Muslim World League
Hani Ramadan, putra Said, saat ini memimpin Islamic Center. Anggota
dewan lainnya adalah Tariq Ramadan, yang baru-baru ini menjadi berita
utama di Amerika Serikat ketika Departemen Keamanan Dalam Negeri AS
mencabut visa-nya untuk mengajar di Universitas Notre Dame.
(sa/meforum/ikhwanweb)(eramuslim.com)
0 komentar:
Post a Comment
terimakasih atas komentar dan kunjungan anda.